Hari Rabu, tanggal 27 Juli 2016,
Presiden Joko Widodo kembali mengumumkan pergantian antar menteri di kabinet
kerja periode 2014-2019. Ada 13 posisi jabatan yang mendapatkan nakhoda baru.
Dari 13 jabatan tersebut 9 diantaranya diisi oleh nama-nama baru. Yang menarik
adalah kembalinya Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Keuangan yaitu jabatan
yang pernah diembannya pada masa Pemerintahan Presiden SBY. Kondisi kementerian
keuangan sekarang tentu saja sudah sangat berbeda dengan kondisi dimana Sri
Mulyani menjabat dulu. Pemerintahan Presiden Joko Widodo sangat agresif dalam
melakukan kebijakan ekonominya, baik bidang fiskal maupun moneter. Dari awal
pemerintahan sampai sekarang, tidak kurang ada 12 kebijakan paket ekonomi yang
dikeluarkan. Dan yang paling hit sekarang adalah tax amnesty yang digaungkan
untuk membiayai APBN 2016. Tentunya program ini harus terlaksana dengan baik
untuk mencapai target penerimaan pajak.
Pemilihan Sri Mulyani sebagai
Menteri Keuangan yang baru menggantikan Bambang Brodjonegoro menjadi sangat
beralasan, dimana dibutuhkan sosok yang mampu mengendalikan reformasi birokrasi
yang dimulainya dulu, setidaknya dua setengah tahun kedepan sampai akhir masa jabatan.
Dengan latar belakang profesional akademik, Sri Mulyani mempunyai exposure
pengetahuan yang cukup luas baik di dalam lingkup nasional maupun internasional
dibuktikan dengan pernah menjabat sebagai Managing Director dan Chief Operating
Officer di Bank Dunia. Dari segi politis, perseteruannya dengan Partai Golkar
cenderung memudar, karena Partai berlambang pohon beringin itu telah
menggabungkan diri dengan koalisi pro pemerintah, dan telah terjadi pergantian
kepemimpinan di dalamnya. Seperti kita ketahui kedua belah pihak pernah
berpolemik pada kasus Bank Century.
Tax Amnesty sebagai program
unggulan 2016 mempunyai banyak tantangan yang harus diselesaikan, baik dari
dalam negeri maupun dari dunia internasional. Ada beberapa pihak yang tidak
setuju dengan kebijakan ini dan melayangkan gugatan uji materi (judicial
review) terhadap Undang-undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,
karena dinilai adanya pelanggaran terhadap aturan lainnya. Tantangan dari
negara lain berupa adu kuat tarik menarik kebijakan pajak. Negara tempat orang
kaya Indonesia menimbun harta, juga mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan
bagi pemilik modal.
Dalam RAPBNP 2016, pemerintah
menaruh target penerimaan dari rencana kebijakan tax amnesty sekitar
Rp165 triliun. Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah harus merepatriasi
uang dengan jumlah yang sangat besar. Dengan perhitungan konservatif, misalnya
rata-rata rasio pajaknya kita ambil 4% maka dana yang harus masuk lebih dari
Rp4.000 triliun. Tugas yang sangat berat.
Pergantian Kepemimpinan
Dalam dunia swasta, pergantian
pemimpin mempunyai dampak yang cuku signifikan terhadap pencapaian target
perusahaan. Lopez-de-Silanes (1997) dalam Ayu Novi Trisnantari (2007) menemukan
adanya hubungan positif antara pergantian CEO dengan market value BUMN yang
diprivatisasi. Barberis et al. (1996) menyatakan bahwa kompetensi CEO merupakan
faktor yang sangat penting dalam peningkatan profitabilitas perusahaan. Menurut
penulis, walaupun kementerian sudah mempunyai SOP yang rigid, dan cenderung
bisa berjalan tanpa komando, namun peran pemimpin, dalam hal ini menteri masih
sangat nyata. Seorang menteri dapat mendrive jalannya kementerian, sehingga
mempengaruhi laju kecepatan program yang sedang dijalankan. Pada saat
kepemimpinan Bambang Brodjonegoro, Kementerian Keuangan memang berjalan dengan
baik, namun ada kemungkinan Presiden mempunyai pandangan lain, dengan
menggantinya dengan Sri Mulyani dan menempatkannya pada jabatan baru, yaitu
Kepala Bappenas. Bagaimanapun juga menteri merupakan agent yang ditempatkan
oleh presiden untuk membantunya mengurus bidang-bidang tertentu.
Pemimpin yang baik harus memiliki
kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Menurut Davis, faktor yang harus dipenuhi
seorang pemimpin adalah kecerdasan, motivasi, dan Hubungan antar manusia.
Kecerdasan Sri Mulyani tidak perlu diragukan dengan segudang prestasinya.
Motivasi Sri Mulyani mungkin dapat tercermin dari post akun linkedin yang
menyatakan, “it is an honor to serve the
president and my fellow Indonesians by continuing the ongoing reform program. I
will dedicate all my efforts to accelerating Indonesia’s development agenda
with the goal of providing more and better service, particularly to the poor,
and ensuring that all citizen will be able to participate in benefits of a
thriving economy.” Pernyataan tersebut seharusnya tidak terlalu
mengkhawatirkan untuk kelangsungan program tax amnesty yang telah dijalankan,
apalagi tax amnesty juga pernah dilakukan pada masa kepemimpinannya dulu.
Yang menarik adalah efek
interpersonal Sri Mulyani. Wall street journal pada Mei 2010 melaporkan
penurunan IHSG sebesar 3,8% karena berita turunnya Sri Mulyani dari Menteri
Keuangan. Demikian juga 27 Juli 2016, saat pengangkatannya kembali, dilaporkan IHSG
naik 60,47 poin atau 1,16 persen ke level 5.284,87. Indeks saham LQ45 menguat
1,32 persen ke level 914,09. Seluruh indeks saham acuan menghijau. Tentu ini
menambah percaya diri pemerintah untuk mempengaruhi pemilik modal untuk
melakukan deklarasi harta maupun repatriasi dananya ke Indonesia. sebagai icon
marketing keuangan Indonesia yang baru Sri Mulyani juga perlu melakukan promosi
ke negara target tax amnesty, misalnya Singapura dan British Virgin Island, dan
semoga tax amnesty kita laris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar