Kamis, 11 Desember 2014

MENGHANGATKAN MALAM JUMAT

Tadi malam, selepas maghrib suasana tenang seperti biasa. Setelah memberi makan burung-burung piaraan, saya keluar cari makan malam untukku sendiri. Kuhidupkan motor, keluar Jalan Rajawali menuju Jalan Ahmad Yani. Beberapa  puluh meter setelah putar balik Bundaran Durian, tiba-tiba listrik padam. “ah, sudah biasa” pikirku. Kulanjutkan bungkus makanan di “Nasi Liwet”.

Dari depan Pos PM
Sekembalinya dari warung, sampai dari Jalan Ahmad Yani kok keliatan ada “mirip” kebakaran searah dari arah kantor. Kupikir pada saat itu ada kebakaran di Jalan Yetro Sinseng, deket-deket  Polsek lah. Setelah belok di Bundaran Durian, Api terlihat semakin mendekat. Wah, ini bisa deket kantor nih. Tapi masa air Bundaran Air Mancur terbakar? Gak lucu kan? Sempat kuberhenti di depan Pos Polisi Militer dan mengambil gambar dari sana. Hehe

Melanjutkan perjalanan, ternyata di jalan sudah ramai. Orang-orang berkumpul di tepi jalan. Api membesar dari sisi kanan jalan.

Wow, Rumah Jabatan Bupati Barito Utara terbakar hebat. TKP tepat didepan kantor kami.

Foto dari seberang jalan
Pada saat saya sampai kantor, Api terlihat menyala diatas atap yang memang terbuat dari kayu. Hawa panas terasa sampai halaman kantor. Bersama teman-teman yang memang belum pulang, kami hanya bisa menyaksikan kejadian itu, sambil berjaga-jaga kalau api “nyamber” ke kantor kami. Alat pemadam kebakaran kami siapkan di TPT agar. mudah dijangkau.

Mobil pemadam kebakaran datang beberapa menit setelah saya sampai kantor, terhitung agak terlambat sih, api sudah membesar, sudah hampir merobohkan atap. Dugaan sementara penyebabnya adalah hubungan arus pendek listrik.

Alhamdulillah api berhasil dipadamkan setelah hampir satu jam berpesta di Rumah Jabatan Bupati.




Foto dari dekat (sumber: grup WA))




Terang benderang tanpa flash dan listrik padam

Senin, 08 Desember 2014

KETIKA BAJUKU TERGANTUNG PEMILU

Kemarin (Senin), saya memakai  baju putih lagi ke kantor. Setelah parkir sepeda motor, Mas Indra (satpam) nanya,”hari ini ada acara kah bib?”  dengan logat lokal yang kental . “Mau nyaingin satpam mas, pake baju putih” jawabku nyengir sambil jalan menuju mesin absen.

Yup, baju putih hari ini bukanlah karena saya lagi diklat atau mau upacara tujuhbelasan. Baju ini merupakan buah dari Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia  Nomor 579/KMK.01/2014 tentang Pakaian Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan. Peraturan ini menggantikan peraturan lama yang terbit tahun 2011. Titik perbedaanya di sini adalah, pada hari Senin, dresscode pegawai, yang asalnya kemeja biru muda dan celana biru tua diganti menjadi kemeja lengan panjang, warna putih (tanpa gulung lengan baju ya….) dan dasi warna merah, dan celana panjang hitam.
Pake putih? Siapa takut…

Masih ingat pengumuman menteri Kabinet kerja Pak Jokowi kemarin? Mereka pakai kemeja putih dengan lengan baju disingsingkan, kemudian dipanggil presiden sambil lari-lari, seperti gambaran pekerja keras yang patuh pada atasan. Mungkin seperti itu yang diharapkan Pak menteri baru untuk kami pegawainya.  Oh iya, sudah tahu menteri baru kami? Ah gak penting, yang penting semangat baru, program baru dan BAJU BARU (insyaAllah ada pengadaan tahun depan. Aamiin).

Entah ini kebetulan atau tidak, peraturan berbaju biru untuk kami dikeluarkan pada saat rezim Partai D******* berkuasa yang warna bendera partainya dominan warna biru. Tahun 2014 ini, selang beberapa bulan Partai P*** resmi berkuasa, pakaian kami diganti Putih dan berdasi merah seperti warna dasar bendera partai itu.

Eits, tapi jangan lupa, bendera kita juga merah dan putih kan.

Berpikir positif saja. Apa salahnya menyeragamkan pegawai sesuai keinginan penguasa. ya kalo?(pake logat banjar)



Rabu, 03 Desember 2014

SELAMAT DATANG PULAU SEBERANG

Selamat datang di blogku lagi sahabat…

Sungguh terasa lama sekali saya tidak menyentuh blog ini. Terakhir kali posting sebelum ini pas saya masih magang di tanah kelahiran, sekarang sudah di pulau seberang. Perubahan yang paling nyata adalah dulu statusnya pake C, sekarang C’nya sudah hilang. Walaupun nunggu agak lama. Hehehe
Sebenarnya Kalimantan bukan pulau pertama yang saya singgahi di luar Jawa. Awal tahun 2013, saya juga berkesempatan diklat selama 3 minggu di Makasar, Sulawesi Selatan.

Posisi sekarang (pada saat penulisan postingan ini) saya berada di Kota Muara Teweh. kalian mau mencoba menebaknya? Pernah dengar Sungai Barito? Nah, Muara Teweh adalah ibu kota Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Sudah ada gambaran?

Sebelum berangkat, tentu saja saya cari info dari senior-senior yang udah ngantor disana, dari mulai bagaimana kotanya sampai transportasi kesana. Saya berangkat pertengahan 2013, bareng Brian (teman seperjuangan penempatan), tetapi dengan berbagai pertimbangan, kami janjian bertemu di Banjarmasin. Padahal pada saat itu kami belum pernah menyentuh apa itu Banjarmasin. Saya berangkat dari Bandara Ahmad Yani, Semarang, penerbangan pukul 15.30 WIB, itu artinya sampai Banjarmasin sekitar pukul  17.30 WITA.

Sampainya di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, saya masih nunggu Brian yang terbang dari Bandara Soetta, Jakarta, yang kedatangannya jeda sekitar sejam. Untuk melanjutkan perjalanan ke Muara Teweh, kami naik travel. Pada saat itu senior menyarankan kami untuk pesan travel “Doa Ibu”.

Pelayanan travel ini lumayan bagus, setelah saya turun dari pesawat saya sudah mendapat telpon dari sopirnya untuk segera menuju  tempat pemberangkatan yang berada di sekitar bandara. Dari instruksi sopir tadi, kami naik ojek dari bandara ke pool Doa  Ibu, biayanya Rp. 10.000 pada saat itu.

Berdua, kami sama-sama belum berpengalaman menempuh perjalanan di Kalimantan, ya pasrah sama sopir. Hehe. Sekitar pukul 22.00 WITA, kami terbangun dari tidur untuk singgah di warung makan di daerah Pulau Pinang. Dari sini suasana Kalimantan mulai terasa. Kelihatannya di seberang jalan depan warung makan ini seperti masih hutan.

Perjalanan berlanjut, kami kembali terlelap. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, bus travel kami berhenti singgah lagi. Kali ini nama daerahnya Ampah. Kami melihat sekeliling warung makan. Disampingnya ada hotel yang di neon boxnya tertulis alamat Jl. Ampah-Muara Teweh. “Sudah dekat nih” pikirku, tetapi pas saya tanya-tanya, ternyata perjalanan masih 3 jam lagi.
Alhamdulillah pukul 05.30 WIB, kami sampai di depan Masjid Mutmainnah, Kota Muara Teweh.

WELCOME BORNEO