“Harga
BBM akan dinaikkan”. Mendengar isu seperti ini, dapat dipastikan sebagian besar
masyarakat Indonesia
akan mengeluarkan keluhan. Bagian yang berperan sebagai pegawai dan karyawan
yang gajinya tetap dan pas setiap bulannya, bersiap mengencangkan ikat
pinggangnya dari keinginan dan kemewahan, disamping itu mereka juga harus
merevisi lagi anggaran belanja bulanan. Hal itu dikarenakan bagian lain yang
berperan memproduksi dan memperdagangkan komoditas-komoditas ekonomi bersiap
menaikkan harga. Padahal itu semua baru isu dan berita yang belum tentu akan
wujud diwaktu mendatang.
Tidak
dapat dipungkiri pers dan media memegang andil besar dalam penyebaran berita,
apalagi dunia maya semakin menampakkan kenyataannya. Semua proses ini bisa begitu
cepat, hingga kita tidak dapat mebayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya.
Jangan salahkan jika ada yang menganggap kehidupan dunia merupakan sesuatu yang
tidak pasti. Pepatah jawa yang berbunyi “esuk dhele sore tempe
(pagi kedelai, sore tempe)” hampir
dapat kita temui dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari kita. Pepatah ini
sering disangkutkan dengan perkataan seseorang yang tidak konsisten. Begitupun
isu, apalagi dipimpin dengan kata “katanya”. Kalau berita itu penting bagi
seseorang, dapat dipastikan orang itu akan kaget dan melonjak kegirangan atau
sebaliknya, stress, galau, dan sebangsanya.
Ya,
kehidupan memang tidak pasti. Lihat saja di sekitar anda. Apa yang bisa anda
pastikan dari hidup anda sekarang. Semua hanya rencana dan bla bla bla. Ada
ajakan berlibur di pulau dewata, anda akan membayangkan betapa menyenangkannya
hal itu, apalagi liburan itu dibayarkan alias gratis, karena anda telah menang
undian produk yang telah anda beli. Tapi apa yang terjadi pada hari H? Saya
tidak dapat memastikan, karena saya bukan Yang Kuasa. Kepastian yang boleh kita
ketahui hanya yang telah terjadi.
Dari
liburan, kita kembali pada ketidakpastian. Ketidakpastian berita, apalagi yang
berbau opini public, menurut saya adalah hal yang sangat pantas untuk tidak dipercayai
secara langsung. Apa sebabnya? Mari saya ajak anda kembali dalam alam khayal,
karena alam khayal adalah alam yang satu-satunya yang dapat anda kendalikan.
Bayangkan ketika beredar isu pasangan anda telah melakukan selingkuh, yang
lebih parah, dia selingkuh dengan beberapa orang, termasuk teman baik anda dan
musuh besar anda. Bayangkan apa yang anda rasakan? Sakit hati? Bahagia?
Terserah anda. Tapi saya bayangkan anda akan merasakan rasa bahagia atau sedih
atau barangkali sampai sakit. Apabila anda berhasil membayangkan rasanya,
berarti anda dipastikan telah terpengaruh oleh isu yang anda bayangkan sendiri.
Sampai pada tahap ini anda sudah mendapatkan satu akibat, yaitu rasa
bahagia/sedih/sakit. Yang bahagia, selamat, dan yang sakit, semoga cepat sembuh.
Sekarang kembali ke bayangan. Setelah anda membayangkan ada isu seperti itu apa
yang akan anda lakukan sebagai pasangannya? Apakah langsung memutuskan
hubungan, santai, atau yang paling ekstrim, anda akan membunuh pasangan anda
karena merasa dikhianati?
Keputusan
pribadi yang bijak menjadi sangat dibutuhkan pada keadaan seperti ini. Banyak
hal yang harus dipertimbangkan untuk satu keputusan. Pada tahap ini, isu
lanjutan akan memainkan perannya lagi mempengaruhi anda untuk mengambil
keputusan. Kalau anda tipe orang pemikir cepat, mungkin saja anda tidak banyak
menghiraukan isu yang beredar disekeliling anda. Sekali dihadapkan masalah,
seketika ada keputusan untuk melanjutkan atau memutus sampai disini. Akibatnya,
mungkin bisa dipikir belakangan. Apabila anda termasuk tipe orang pemikir yang
senang bermain dengan banyak kemungkinan, seringkali anda juga akan berhadapan
dengan isu-isu di depan anda. Sekali lagi, itu terserah anda.
Sepengalaman
saya dalam menghadapi lanjutan kehidupan ini juga sempat menemui beberapa jalan
yang penuh cabang. Beberapa bulan lalu, saya lulus kuliah dari kampus yang
menjanjikan pekerjaan. Dalam
kenyataannya, setelah beberapa bulan belum ada kabar jelas tentang janji
tersebut. Kabar yang paling jelas (sampai saat penulisan ini) adalah adanya
ujian sebagaimana penerimaan pegawai dari kampus luar, karena adanya perubahan
aturan yang dikeluarkan oleh pucuk pimpinan instansi yang menaungi kampus kami.
Isunya kami semua lulus ujian dan tinggal melakukan pemberkasan. Pengumuman
yang diisukan akhir tahun membuat kami merasa santai menikmati liburan panjang
kami. Hari pengumuman versi isu yang dinanti mengisukan hal lain lagi,
pengumuman diundur beberapa hari. Jadwal versi isu yang kedua ini juga dalam
kenyataannya masih pepesan kosong. Saya
pribadi sampai “agak” bosan dengan isu pengumuman, hingga pada waktu ada
tawaran untuk sebuah pelatihan, saya sangat antusias untuk mengikutinya. Namun
badai isu tak dapat dibendung. Tepat dua hari sebelum keberangkatan ke tempat
pelatihan, pengumuman versi isu ketiga mencuat. Bulan depan, itulah isu versi
ketiga ini, padahal pelatihan satu setengah bulan. Setelah berdiskusi dengan
orang tua dengan pertimbangan (isu) waktu yang tak terlalu lama dan kebetulan
pelatihan itu butuh biaya yang cukup besar untuk ukuran ekonomi keluarga saya,
diputuskan bahwa cukup menunggu saja. Nah, sampai saat ini (waktu penulisan
ini) saya masih menunggu pengumuman versi isu keempat, karena yang ketiga
ternyata tidak dapat dipastikan atau lebih tepatnya dipastikan tidak ada.
Masih
berbicara tentang isu. Saya belum bisa membayangkan bagaimana seseorang dapat
hidup dengan isu dalam keadaan yang dituntut serba cepat tepat dan toleransi
miss yang rendah atau bisa dikatakan tidak boleh ada miss dari peraturan,
perencanaan dan ekspektasi masyarakat luas. Sementara ini saya masih dihadapkan
pada isu yang rate toleransinya besar, sehingga, mungkin menurut anda akan
mudah menghandle-nya. Saya jadi kasian para penyidik KPK…
sabar ae beb,., q ya awalnya merasakan hal yang sama,trus untuk selanjutnya, g usah dipikir aja lagi
BalasHapusyang penting masih menjalani hidup dan terus hidup dalam kehidupan.
BalasHapustinggal menyesuaikan wae gel.