Untuk
adik-adik yang sedang menempuh ujian, semoga selamat sampai akhir.
Masa
kuliah merupakan masa paling kreatif dan aktif. Kalimat itu adalah kalimat
bayangan saya pada waktu masih duduk di bangku madrasah aliyah. Bayangan aktivis
ini tergambar karena banyak kakak kelas yang aktif menjadi bagian dari
organisasi-organisasi intra maupun ekstra kampus. Ketika mereka bercerita,
sungguh wah, seakan dunia dalam genggaman mahasiswa. Mahasiswa membuat robot,
mahasiswa melakukan demo, mahasiswa ikut seminar-seminar. Aktifitas yang dilakukan oleh mahasiswa
berasa sangat mengagungkan ilmu pengetahuan, kreatifitas dan inovasi tanpa rasa
TAKUT, karena mereka mahasiswa.
Minggu-minggu
ini adalah waktu ujian bagi mahasiswa STAN. Minggu-minggu yang menyenangkan
bagi yang bisa menikmatinya, bisa juga menjadi minggu-minggu penuh perjuangan
bagi yang memperjuangkannya, minggu-minggu penuh tekanan bagi yang
mendapatkannya, bahkan bisa jadi minggu-minggu penderitaan bagi yang
merasakannya.
Untuk
kalangan mahasiswa yang rajin belajar, didukung otak yang jenius, rajin
bertanya dan menjawab di kelas, “mungkin” ujian tidak terlalu terasa gregetnya.
Mungkin? Karena saya tidak termasuk mereka, hehe. Tapi dibalik hiruk pikuk tekanan ujian, yang
jelas rutinitas mencari kisi-kisi adalah hal yang wajib bagi mahasiswa (selevel
saya).
Mengapa
masih butuh kisi-kisi?
Menurut
saya (alumnus), kisi-kisi merupakan sikap hidup. Sikap hidup yang tidak terlalu
yakin ditambah sedikit was-was dan banyak ketakutan didalamnya. Nah semuanya
diaduk jadi satu dalam wadah bernama ujian. Sikap ini akan hidup dalam rentang
waktu yang berbeda, tergantung takaran masing-masing bahan untuk tiap individu.
Pada umumnya berlangsung seminggu sebelum ujian sampai detik terakhir ujian.
Setelah itu, plong beberapa menit, kemudian tidak terlalu yakin lagi, was-was
lagi dan ketakutan lagi.
Apakah
ini sebuah siklus? Bisa dikatakan begitu, karena ini berulang. Bisa anda
bayangkan, pada saat anda menunggu pengumuman kelulusan ujian nasional. Waktu itu
seakan-akan anda sudah di mulut jurang, dan hanya pengumuman berbunyi lulus-lah
yang akan menyelamatkan jiwa anda. Akan tetapi, UN hanya di akhir masa SMA, dan
itu setelah tiga tahun belajar. Dengan bayangan seperti itu, anda bayangkan
lagi (kami) merasakannya tiap smester. Bertahan atau keluar. Tidak ada pilihan
ketiga.
Anda
takut? Anda mahasiswa? Apakah kenyataannya berbeda dengan yang tertulis di
paragraph pembuka diatas?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar