Rabu, 08 Februari 2012

KETAKUTAN DUA KALI SETAHUN


Untuk adik-adik yang sedang menempuh ujian, semoga selamat sampai akhir.

Masa kuliah merupakan masa paling kreatif dan aktif. Kalimat itu adalah kalimat bayangan saya pada waktu masih duduk di bangku madrasah aliyah. Bayangan aktivis ini tergambar karena banyak kakak kelas yang aktif menjadi bagian dari organisasi-organisasi intra maupun ekstra kampus. Ketika mereka bercerita, sungguh wah, seakan dunia dalam genggaman mahasiswa. Mahasiswa membuat robot, mahasiswa melakukan demo, mahasiswa ikut seminar-seminar.  Aktifitas yang dilakukan oleh mahasiswa berasa sangat mengagungkan ilmu pengetahuan, kreatifitas dan inovasi tanpa rasa TAKUT, karena mereka mahasiswa.

Minggu-minggu ini adalah waktu ujian bagi mahasiswa STAN. Minggu-minggu yang menyenangkan bagi yang bisa menikmatinya, bisa juga menjadi minggu-minggu penuh perjuangan bagi yang memperjuangkannya, minggu-minggu penuh tekanan bagi yang mendapatkannya, bahkan bisa jadi minggu-minggu penderitaan bagi yang merasakannya.

Untuk kalangan mahasiswa yang rajin belajar, didukung otak yang jenius, rajin bertanya dan menjawab di kelas, “mungkin” ujian tidak terlalu terasa gregetnya. Mungkin? Karena saya tidak termasuk mereka, hehe.  Tapi dibalik hiruk pikuk tekanan ujian, yang jelas rutinitas mencari kisi-kisi adalah hal yang wajib bagi mahasiswa (selevel saya).

Mengapa masih butuh kisi-kisi?

Menurut saya (alumnus), kisi-kisi merupakan sikap hidup. Sikap hidup yang tidak terlalu yakin ditambah sedikit was-was dan banyak ketakutan didalamnya. Nah semuanya diaduk jadi satu dalam wadah bernama ujian. Sikap ini akan hidup dalam rentang waktu yang berbeda, tergantung takaran masing-masing bahan untuk tiap individu. Pada umumnya berlangsung seminggu sebelum ujian sampai detik terakhir ujian. Setelah itu, plong beberapa menit, kemudian tidak terlalu yakin lagi, was-was lagi dan ketakutan lagi.

Apakah ini sebuah siklus? Bisa dikatakan begitu, karena ini berulang. Bisa anda bayangkan, pada saat anda menunggu pengumuman kelulusan ujian nasional. Waktu itu seakan-akan anda sudah di mulut jurang, dan hanya pengumuman berbunyi lulus-lah yang akan menyelamatkan jiwa anda. Akan tetapi, UN hanya di akhir masa SMA, dan itu setelah tiga tahun belajar. Dengan bayangan seperti itu, anda bayangkan lagi (kami) merasakannya tiap smester. Bertahan atau keluar. Tidak ada pilihan ketiga.

Anda takut? Anda mahasiswa? Apakah kenyataannya berbeda dengan yang tertulis di paragraph pembuka diatas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar