Sabtu, 07 Mei 2011

Manfaatkan Kami (dan KTTA Kami)


Judul ini mungkin sedikit berkonotasi bahwa kami akan dirugikan. Ah tidak, kami akan menganggap ini sebuah beban dari tugas kuliah biasa. Ya, BIASA SAJA, tapi terasa LUAR BIASA.

Sebagai mahasiswa tingkat akhir pada perguruan tinggi kedinasan, kami diwajibkan untuk membuat tugas akhir berupa karya tulis. Sesuai aturan yang berlaku, tema yang boleh diambil ada 8, yaitu:
Ø Hukum Administrasi Keuangan Negara,
Ø Akuntansi Keuangan,
Ø Sistem Informasi Akuntansi,
Ø Auditing,
Ø Audit Sektor Publik,
Ø Akuntansi Perpajakan,
Ø Akuntansi Biaya dan
Ø Akuntansi Pemerintahan.
Untuk masalah objek penelitian ditentukan mahasiswa sendiri.
Yang menjadi pertanyaan dalam benak saya adalah mengapa karya tulis ini tidak difokuskan dalam bidang tertentu. Mahasiswa spesialisasi Akuntansi tahun ini sekitar 800-an kepala. Tiap kepala ini telah dididik tentang segala macam pengetahuan tentang administrasi dan akuntansi. Apabila dari 800-an mahasiswa ini mendapat satu fokus tema, tetapi dengan objek yang berbeda, apa yang akan terjadi? Akan ada 800 satker yang mendapat “NASEHAT” dari 800 mahasiswa tentang satu permasalahan.
Sebagai gambaran, misalnya tahun ini karya tulis difokuskan dengan tema besar Hukum Administrasi Keuangan Negara, dan difokuskan lagi pada pemeliharaan barang milik Negara. Objek penelitian diarahkan ke daerah-daerah asal mahasiswa yang bersangkutan selama masih dalam jangkauan. Dalam keadaan seperti ini, hal yang paling penting adalah kekompakan seluruh elemen yang terkait, mulai dari mahasiswa, dosen pembimbing sampai pemroses administrasi, yaitu pihak secretariat, dan jangan lupa stakeholder yang terkait dengan tema ini, misalnya Irjen, BPKP, BPK dan lain-lain.
Mahasiswa tentu saja diberi target waktu dan kualitas karya tulis, sehingga karya tulis ini memang benar-benar layak untuk dijadikan peningkatan kinerja pada satker yang dijadikan objek. Untuk mendapatkan kualitas karya tulis yang demikian mutlak diperlukan proses pembimbingan yang tidak sekedar koreksi kalimat dan tanda baca. Pihak secretariat juga harus memastikan seluruh administrasi dan penjadwalan berjalan dengan yang seharusnya. Hal ini dimaksudkan agar semuanya berjalan dengan beriringan. Tidak ada salah paham tentang jadwal pelaksanaan, sampai follow up hasil karya tulis.
Nah, follow up karya tulis ini yang akan memberikan manfaat yang nyata. Untuk proses ini diperlukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, misalnya Irjen, BPKP dan BPK. Dari 800-an karya tulis yang menyoroti satu permasalahan, kemudian ada langkah tindak lanjut, maka memungkinkan adanya satu perbaikan dari beribu-ribu sendi pemerintahan di Indonesia. Pada tahun berikutnya, tema yang diambil beda lagi, misalnya Audit Sektor Publik, atau yang lainnya, sehingga dari tahun ke tahun ada andil dari kami untuk turut serta melakukan perubahan, walaupun tidak secara langsung.
Dengan model yang masih berlaku saat ini (waktu penulisan artikel), tindak lanjut dari hasil temuan yang termaktub dalam karya tulis kami, sepenuhnya bergantung pada kepala satker objek. Kami tidak punya kekuasaan untuk memaksa satker melaksanakan “nasehat” kami. Jadi, jangan biarkan kerja keras kami hanya menjadi koleksi yang tidak berguna.
Artikel ini memang bukan hasil kesepakatan seluruh mahasiswa Akuntansi tingkat 3 STAN. Ini adalah pemikiran saya (pribadi penulis) yang belum bisa saya jadikan kenyataan. Saya tetap berharap Indonesia semakin “baik” dalam semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar