Senin, 22 Agustus 2011

Mudik “yang sebenarnya”

Mudik tahun ini mungkin akan terasa berbeda. “mungkin”
, karena memang belum. insyAllah tanggal 25 Agustus 2011, seperti yang dinyatakan dalam perjanjian dengan agen bus, aku akan mudik ke kampung halaman.
Mudik romadhon memang bukan pertamakalinya dalam hidupku. Sudah tiga kali aku menikmatinya. Pertama, pada waktu daftar ulang menjadi mahasiswa baru (08), kemudian mau naik tingkat 2 (09), yang terakhir sebelum ini, pas mau naik tingkat 3 (10). Ketiganya, Alhamdulillah, terjadi sebelum bulan romadhon sempurna dengan lungkarannya, jadi masih jauh dari hingar-bingar musim mudik yang telah menjadi rutinitas masyarakat urban ibukota menjenguk keluarga di rumah.
Nah, tahun ini, ujian UKS selesai tanggal 23 Agustus yang bertepatan H-7 lebaran. Hari-hari dimana pemudik memadati jalur darat, laut dan udara. Hampir semua alat transportasi umum laris manis, dan sebagian besar yang digunakan pemudik, menaikkan tarifnya. Rencana kepulanganku, Alhamdulillah harus kutebus dengan idr 300k. harga itu jauh diatas harga standard yang hanya berkisar 100-120k sekali jalan.
Aku merasa sangat bersyukur masih dapat kursi bukan deretan belakang. Aku bisa membayangkan betapa ramainya terminal lebak bulus pas jam pemberangkatan, pastinya tidak seperti hari biasa. Tapi, demi bertemu keluarga, apapun bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar