Rabu, 09 Desember 2015

TARGET HIDUP



 
Dari berbagai seminar, kuliah, buku-buku tentang pengembangan diri, sering saya temui pencapaian dalam hidup yang selalu terukur. Keterukuran ini terhitung dengan standard yang kita tentukan sendiri. Dalam banyak kasus momen tertentu dijadikan tonggak awal usaha pencapaian target tersebut, misalnya resolusi tahun baru yang ramai dipertontonkan di media sosial.

Pola life targetting ini juga saya temui dalam dunia pendidikan yang saya jalani, sampai dunia kerja yang pernah saya geluti. Pada waktu masuk kuliah, kami dikenalkan aturan main kampus dengan standard pencapaian akademik yang tinggi. Apabila mahasiswa tidak sampai menyentuh target barang 0,001 dari poin IPK yang ditentukan, maka dipersilakan mencari target lain, yang tentunya di luar lingkungan kampus ini. Di kantor, setiap awal tahun, pimpinan tertinggi negeri ini menggantungkan nasib berjuta rakyat pada digit-digit angka yang harus kami penuhi.

Hal yang berbeda sama sekali ada dalam kehidupan keluarga yang telah melahirkan dan mendidik saya. Orang tua saya belum pernah membicarakan apa yang harus saya capai dalam hidup, tidak pernah menuntut pencapaian yang harus saya raih dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Pada waktu kelas 3 MTs, saya pernah hampir tidak memenuhi syarat kelulusan karena menunggak hafalan. Saya “ngebleng” beberapa hari, tapi apa yang dikatakan bapak saat melihat itu? Bapak berkata kalem “rausah dipekso”. Pada saat lulus MA, masa pendaftaran perguruan tinggi, bapak menyarankan mendaftar hampir semua universitas yang disarankan oleh teman-temannya, tapi tentu saja tanpa pemaksaan. Hal senada berlaku untuk adik saya. Seolah-olah bapak dan ibuk percaya 100% pada anak-anaknya.

Bapak sering berkata, “ngko nek wayahe iso dak iso dewe a”.

Semua berjalan, kami hidup dari hari kehari tanpa tekanan yang kami tentukan sendiri.

Apakah ketiadaan tekanan itu menjadikan kami lemah dalam menghadapi tekanan kehidupan luar? Tidak. Tekanan yang dari luar tetap kami hadapi, tetapi cara kami menghadapi tidak dengan menambah tekanan untuk diri kami sendiri.